CATATAN KECIL DI ASRAMA PPG
“Indonesia
Mini di Arama PPG UPI”
Bukan sebuah panti
asuhan, yang dihuni begitu banyak kaum dhuafa dan para gelandangan. Bukan
sebuah penjara yang para penghuninya diberi berjuta aturan dan dilarang keluar
area tersebut. Bukan Jurang doank, yang didalamnya hanya dihuni oleh anak-anak
kecil yang tidak bisa bersekolah, yang penghuninya diajarkan banyak hal tentang
kehidupan yang berkoridor pada pola kesenian ala dik doank. Bukan juga sebuah
pesantren yang didalamnya terdapat beragam rangkaian kegiatan rohani atau
religius. Yang mengekang jiwa-jiwa yang bebas.
Ini sangat berbeda, sangatlah luar biasa. Memang
sedikit seperti pesantren dan menampung keberagaman. Bukan hanya sekedar ragam
ukuran tubuh, bukan sekedar si kaya dan si miskin, tua muda, tampan cantik,
pintar dan biasa-biasa saja. dan sejaba lainnya yang mengatasnamakan
keberbedaan dan keanekaragaman (budaya, bahasa, agama, dan pola pikir).
Adalah PPG (Pendidikan Profesi Guru) sebuah gagasan
atau program dari Menteri Pendidikan yang merupakan tindak lanjut dari SM-3T
(Sarjana Mendidik di daerah terdepan, terluar, tertinggal). Para sarjana muda di
seluruh Indonesia yang siap ditempatkan di daerah pelosok penjuru indonesia dengan
banyak sekali keterbatasan dalam segi transportasi, fisik sekolah, kebudayaan,
perkembangan berpikir warga asli,
sinyal, listrik, dan sumber daya lainnya guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di Kepulauan Anambas misalnya, disana sangat sekali
keterbatasan bahan pokok makanan. Hingga harus mengimpor dari Negara tetangga
dan pulau jawa.dengan biaya pengiriman yang super mahal.sehingga tidak heran
bahan pangan dsana amat mahal. Bukan itu saja, masalah air bersih atau tawar
sudah semakin terbatas dan langka. Tidak jarang warga di beberapa pulau harus
mencari sumber air bersih hingga ke pulau atau desa lain hanya untuk mencari
air bersih. Kendaraan yang berupa pompong atau perahu mesin memakan
berliter-liter solar membuat ongkos transportasi laut di sana menjulang tinggi.
Serta masih banyak lagi kekurangan sumberdaya lainnya.
Untuk mendidik
mereka yang teringgal, dalam mengenal pendidikan, berbagi dengan mereka yang
membutuhkan semangat untuk belajar, membukakan mata dan hati mereka yang
terkadang menomor sekiankan esensi pendidikan. Dan yang paling utama itu
mencetak generasi emas masa depan. Generasi cerdas beriman, pencipta perubahan
yang lebih baik, dimasa mendatang. Semoga demikian.
Selama setahun ini juga, para sarjana muda tersebut
dibina kembali sepulang penempatan. Dalam sebuah bangunan (Rusunawa). Kami dibina
dengan pola Ilmiah, edukatif dan Religius. Sebuah gagasan dari Universitas yang
bermotto A Leading and Outstanding
University (Kampus Pelopor dan Unggul) sebuah motto yang sangat luar biasa
bagi pendengarnya, Termasuk saya.
Dalam dinamika ruang lingkup PPG, para pesertanya
diwajibkan mengikuti aturan rangkaian kegiatan yang disusun para pengurus dan
pamong (pembimbing). Pada LPTK UPI ini sendiri terdiri dari 187orang, ada 75
orang peserta laki-laki, dan 112 orang peserta wanita. Dibimbing oleh dua orang
pamong putri dan satu orang pamong laki-laki. Para pesertanya memeiliki ragam
budaya. Ada sunda, jawa, bugis, batak, melayu, aceh. Ragam agama (Islam, Hindu,
Kristen Katolik dan Protestan) kami semua beriringan hidup bersama dalam satu
atap. Saling mengenal, membantu, bercanda, menasehati, melengkapi layaknya
sebuah keluarga.
Meski banyaknya perbedaan, keberagaman bagaikan
Indonesia mini. Semua penghuninya hidup saling beriringan rukun, harmonis, dan indah dalam
perbedaan. Itulah keseimbangan “Tawazun” menurut Pimpinan Arama. Kegiatan makan bersama (3x sehari) dapat
menyatukan kberagaman tersebut, mengikuti kajian subuh setiap harinya (di absen
di masjid al furqon), kajian magrib di senin dan kamis malam bagi yang muslim. Bagi non muslim
dikondisikan sesuai kegiatan kerohaniannya secara rutinitas (Disesuaikan).
Publick speaking merupakan salah satu kegiatan yang diperuntukkan
melatih peserta PPG berani tampil di depan. Membahas topik permasalahan dan
terkadang ada unsur curhat di dalamnya. Minat bakat menyanyi, berpuisi dan lain
sebagainya adalah kegiatan rutin guna melatih kreatifitas dan nilai seni warga
asrama rusunawa UPI. Kegiatan tersebut dilakukan di akhir pecan. Tak lupa Senam
Aerobic merupakan program rutin
asrama yang sangat menyehatkan. Karena tidak sedikit para penghuni asrama
berkeringat usai kegiatan ini. diiringi musik dan dipandu instruktur yang
aduhaii bagi sebagian orang.
Selain serangkaian kegiatan asrama. Sudah pasti kegiatan
Akademik wajib dilakukan. Karena syarat kelulusan 50% untuk menempuh
keberhasilan PPG. Setara dengan kegiatan asrama 50%. Kegiatan akademik berisi
Workshop, praktek mengajar dalam kelas kecil (peerteaching/microteaching) dan penelitian tindakan kelas. Di
akhir, para peserta PPG yang terdiri dari Sembilan program studi (PGSD, Bahasa
Inggris, PPKN, Matematika, Fisika, Biologi, Ekonomi, Geografi, dan Tekhnik
Bangunan) semuanya ditentukan lulus tidaknya dalam test yang dinamakan UTN
(Ujian Tulis Negara) yang dilakukan secara online.
Selain kegiatan rutin, Asrama PPG UPI ini dimeriahkan juga
oleh kegiatan luar biasa. Seperti hari kartini (21 april) dan dibarengkan
dengan kegiatan hari bumi, yang kegiatannya diabadikan di youtube. Kegiatan
yang berisi pencarian kartini dan kartono baru 2016, keterampilan membuat
kerajinan dari barang bekas/plastik sehingga bernilai guna dan sebagainya.
Adapun acara Isra mi’raj (5 mei 2016) diawali dengantausiyah ustaz Roni
(Pengurus Daarutauhiid) dilanjut dengan ragam lomba kerohanian seperti azan,
da’i, dan cerdas-cermat.
Adapun kegiatan lain. Seperti memperingati
hari pendidikan nasional dan kebangkitan nasional. Selain mengikuti upacara di
halaman Gymnasium UPI, para peserta PPG disuguhkan seminar dan motivasi dari
pemateri-pemateri yang sangat menggugah. Sebut saja Bpk. Ubaydillah penggagas
taman baca “multatuli” (di sudut serang banten) yang pernah diliput Tim Kick
Andy karena dengan kesabarannya menceritakan pada anak, tentang salah satu
bukunya Dowes Deker yang bertajuk Multatuli tersebut. Membawakannya sampai
negeri eropa untuk menimba dan berbagi ilmu tentang apa yang beliau lakukan
dengan keistiqomahannya. Sangat luasr biasa, terutama bagi pribadi saya.
Pun jua kebaikan secara istiqomah hadir dari sesosok
wanita bersahaja, Ibu Dra. Hj. Endang Yuli,M.Pd. yang dapat dikatakan berlatar
belakang ekonomi kebawah. Dimana di masa kecilnya penuh dengan keterbatasan.
Jajan hanya mengantungi se sendok teh garam dapur yang dibungkus kertas. Namun
selalu menjadi juara kelas. Dari beliau menginjakkan kaki di bangku sekolah
sampai perguruan tinggi. Beliau merupakan seorang guru yang patut
dicontoh, Amat terbuka dengan sesamanya,
berani mengorbankan urusan pribadi untuk ummat dan banyak hal lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Pernah suatu ketika semasa beliau mengajar
ada anak didiknya yang tidak dapat mengikuti ujian, karena menunggak uang SPP.
Sang anak terdiam dan menangis di luar kelas.
Sang wanita berhati malaikat ini menghampiri siswi
tersebut. Nak,, kenapa menangis? Sang anak menjawab. “saya telat bayar SPP 2
bulan bu… sambil menunduk dan memainkan bagian baju seragamnya yang sudah
lusuh. Sang ibu guru tersebut mengajaknya ke ruangannya di ruang guru tersebut.
Sang ibu menuju ruang tata usaha dan menanyakan ada berapa siswa yang
benar-benar terbatas ekonomi sehingga tidak dapat membeyar SPP sebelum ujian.
Dan menyampaikan bahwa ia rela gajinya dipotong untuk melunasi keterlambatan
pembayaran SPP siswa-siswi di sekolah tersebut. Dan memintanya merahasiakan.
Subhanalloh, kebaikan dari wanita yang dipanggil ibu
yuli yang juga sebagai penulis buku “rumah seribu pintu malaikat” itu. Membuat
guru-guru di sekolah tersebut terenyuh dan terbuka hatinya. Di jam istirahat,
masing-masing guru menyisihkan uang jajannya untuk dikumpulkan, pada ibu yuli
tersebut. Dari hari ke hari hingga akhir semester uang tersebut digunakan untuk
membantu murid yang telat semester.
Dan diyakini atau tidak, sejak saat itu tidak ada DO
karena masalah SPP. Sungguh suatu kebaikan jika dilakukan secara istiqomah atau
terus menerus akan mengundang kebaikan lain dan sudah pasti berbuah besar. Hal
ini bukti nyata, dimana banyak kemunafikan dunia, keegoisan para hartawan yang
sangat tidak dermawan, dan keserakahan akan kenikmatan dunia. Sudah tentu
sebagai calon guru profesional para peserta PPG berkewajiban meneladani apa
yang dilakukan ibu yuli tersebut.
Bukan hanya mengajar, melakukan kegiatan KBM,
memberi tugas dan PR hingga lulus sekolah usai. Tapi seorang guru juga harus
memiliki kecerdasan emosi, dan religi dimana menurut beberapa ahli kepekaan
sosial terhadap lingkungan belajar sangatlah penting. Belajar pun bukan bicara
masalah hasil saja. namun proses pembelajaran itu juga sangat essensial dan
perlu dilaksanakan dengan baik.
Dan semoga dengan itu, generasi masa depan bukanlah
sekedar orang pintar. Namun juga cerdas dan bersih hatinya. Sehingga kelak
menjadi pemimpin yang baik dan ideal untuk memimpin. Selain itu, semoga juga
pendidik masa kini bukan hanya penggelar professional saja. yang meneri
sertifikasi dari pemerintah dengan sejumlah tertentu. Namun memiliki dedikasi
untuk memprofesikan diri menjadi pendidik yang professional yang hakiki. bukan
hanya sekedar mengajarkan materi ajar, tapi mendidik dengan sepenuh hati dan
segenap keterampilan yang dimiliki. Agar esok tercipta generasi mandiri yang
benar-benar hakiki (harapan saya).
-sekian-
Adi Singgih Nugraha,
S.Pd.
Prodi PGSD PPG UPI 2015-2016
Penempatan Desa Lingai
kecil Kec. Siantan Selatan Kab. Kepulauan Anambas Kepri.




Komentar
Posting Komentar