METODE CURAH GAGASAN TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN BERPIDATO DI KELAS V SEKOLAH DASAR



(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V B Sekolah Dasar Negeri Ujungberung I, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung)



ADI SINGGIH NUGRAHA

0903029



ABSTRAK





Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana metode curah gagasan terstruktur dapat meningkatkan kemampuan berpidato (keterampilan berbicara) di kelas V Sekolah Dasar. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana aktivitas, proses dan kemampuan siswa kelas V SD dalam kemampuan berpidato (berbicara) dengan menggunakan metode curah gagasan terstruktur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas, proses dan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan Metode Curah Gagasan Terstruktur di Kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) John Elliot. Dilakukan dalam tiga siklus dan terdiri dari tiga tindakan tiap siklusnya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah catatan lapangan, Tes (performa dan proses), lembar observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas berpidato siswa adalah 42 (K). Pada siklus II nilai rata-rata aktivitas berpiadato siswa adalah 58,25 (C). Pada siklus III nilai rata-rata aktivitas berpidato siswa adalah 68,25 (B). Sedangkan dari penilaian kemampuan berpidato, pada siklus I nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa adalah 40 (K). pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa adalah 62,75 (C). Pada siklus III, nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa adalah 69,25 (B). Dengan demikian, hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa metode curah gagasan terstruktur dapat meningkatkan aktivitas, proses, dan kemampuan berpidato siswa Kelas V Sekolah Dasar.



Kata Kunci: Aktivitas, Proses, Kemampuan dan Berbicara.



A.    Pendahuluan

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah mengeluarkan satu Undang-Undang yang khusus membahas tentang pendidikan yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mana di dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa:

   Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Rachman, 2003:6).



Untuk mewujudkan Bangsa yang cerdas dan berkualitas pula, diperlukan usaha dan kerja keras dari semua pihak yang terkait dengan pendidikan. Antara lain dari pemerintah, masyarakat, peserta didik, dan guru. Aspek terakhir ini yang paling menentukan keberhasilan proses pendidikan adalah guru. Sejatinya esensi pendidikan adalah proses membantu manusia dalam mengembangkan dirinya.

Berbicara mengenai bahasa, tentu dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komuniakasi. Hal tersebut terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi dengan orang sebagai wujud interaksi. Pada kegiatan komunikasi ini, manusia menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada pihak lain.

Chomsky (Alwasilah,1992:7) mengemukakan bahwa: ‘kemampuan berbahasa adalah dasar bagi intelegensi manusia’. Meninjau secara psikologis tentu pendapat ini dapat kita ikuti karena hanya manusialah yang berbahasa. Kemampuan berbahasa (linguistic performa) tidak begitu saja kita peroleh, tetapi bahasa itu harus dipelajari.

Selain itu, mengenai membentuk pendapat dalam Psikologis Pendidikan menurut Suryabrata dikemukakan bahwa:

    Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau predikat. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan predikat adalah pengertian yang menerangkan. Misalnya rumah itu baru; rumah adalah subjek dan baru adalah predikat (Suryabrata,1984:56).



Mengenai sebuah penelitian yang dilakukan peneliti, dalam cakupan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan prosesi refleksi dimana pemilahan penggunaan metode dan segala hal yang harus dipersiapkan dalam rancangan pembelajaran yang dilakukan. Terutama dalam pembelajaran yang materi ajarnya menyangkut berbicara, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara, penulis yang bertugas mengajar pada SDN I Ujungberung, seringkali mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam materi berpidato tersebut.

Pertanyaan yang pertama muncul dalam permasalahan ini, bagaimana menerapkan proses pembelajaran yang baik menyangkut pelajaran berpidato dalam keterampilan berbicara. Bagaimana meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran berpidato tersebut. Selain itu, bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran pidato.  Penulis oleh karena itu, melakukan penelitian tindakan kelas yang fokus pada perbaikan tentang pembelajaran berbicara pada kelas V SDN Ujung Berung I.

B.     Tinjauan Pustaka

1.   Konsep Berbicara

Dalam menelaah suatu konsep berpidato, sudah menjadi keharusan untuk mengetahui pengertian dari berbicara itu sendiri. Adapun Tarigan (2008:3) berpendapat bahwa:

    Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.





a.       Pengertian Pidato


Selain penjelasan mengenai konsep berbicara di atas, tentu pokok bahasan pidato sangat dirasa perlu dipahami dalam pembahasan yang penulis kaji. Adapun pengertian Pidato dijelaskan  sebagai berikut.


    Sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu hal atau peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Selain itu, Pidato juga merupakan  salah satu teori dari pelajaran Bahasa Indonesia. Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai. (http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan).



b.      Pengertian metode curah gagasan terstruktur

Jika dilihat secara esensi, curah gagasan terstruktur merupakan sebuah metode pembelajaran berbicara dari sekian banyak metode yang ada. Metode ini mengarahkan siswa agar terampil menuliskan gagasannya secara tersusun dan sistematis. Sebenarnya tidak hanya dengan bentuk tulisan. Namun juga dapat diungkapkan secara langsung dengan berbicara dan mencurahkan pendapatnya di muka umum. Hanya saja untuk pengingat dan sebagai dokumentasi dari ide siswalah yang membantu peneliti membuat tulisan pendapat siswa dari penggunaan metode ini dirasa penting adanya.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Abidin, 2012a:145). Yang menjelaskan bahwa:

    Metode curah gagasan terstruktur pada dasarnya merupakan sebuah metode pembelajaran berbicara yang menuntut siswa terampil menulis sebuah gagasan secara baik dan terampil menyampaikan gagasan tersebut di hadapan orang banyak. Oleh sebab itu, metode ini sebenarnya bertujuan agar siswa terampil berpidato secara utuh, baik dalam performa maupun penyusunan naskah pidato.

Dalam istilah lain, curah gagasan terstruktur memiliki nama lain yaitu sumbang saran. Geoffrey (1989: 49) menjelaskan bahwa ‘Sumbang saran dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk memperoleh sejumlah besar ide-ide dari sekelompok orang dalam waktu yang singkat’.

c.       Tahapan curah gagasan terstruktur

Berbicara mengenai pelaksanaan metode ini, curah gagasan terstruktur dapat mengarahkan  mengarahkan setiap peserta didik memiliki keterampila dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan pada keterampilan berpidato secara utuh. Sudah tentu dalam hal performa maupun penyusunan rancangan kerangka serta pembuatan naskahnya. Adapun tahapan aktivitas pembelajaran metode curah gagasan terstruktur ini adalah sebagai berikut.

1). Tahap Prabicara

a)   Siswa melakukan eksplorasi untuk menentukan gagasan pokok yang akan dikembangkannya menjadi naskah pidato.

b)   Siswa menyusun satuan gagasan dalam bentuk peta konsep yang berfungsi sebagai kerangka dasar naskah pidato yang aka disusunnya.

c)   Siswa menyusun naskah pidato.

d)  Siswa berlatih berpidato.

2).  Tahap Berbicara

Pada tahap ini setiap individu menyampaikan semua gagasannya dengan sebaik mungkin melalui kegiatan ceramah ataupun pidato. Selama siswa berpidato, siswa lain menyimak dan mencatat gagasan yang disampaikan oleh teman sejawatnya. Pada saat inilah guru seyogyanya melakukan penilaian performa terhadap siswa yang akan mencurahkan gagasannya. Guna mengefektifkan waktu dalam satu proses pembelajaran, sebaiknya ditampilkan seluruh siswa secara paralel baru pada tahap selanjutnya dilakukan diskusi.



3). Tahap Pascabicara

a)      Tanya jawab. Pada tahap ini siswa melakukan tanya jawab dengan siswa yang telah melakukan pidato. Khususnya dalam hal isi gagasan yang disampaikan pembicara.

b)      Diskusi performa. Pada tahap ini siswa dan guru mendiskusikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan performa siswa ketika berpidato.

c)      Tindak lanjut. Pada tahap ini siswa diberikan tugas untuk menyusun kembali naskah pidato dengan tema yang lain dan siswa ditugaskan untuk berlatih berpidato di rumah. (Abidin, 2012b: 145-146).



C.    Metodologi Penelitian

Beragam metode penelitian yang bisa dilakukan pada saat penelitian. Adapun pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif, metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins (Muslich, 2010: 8) menjelaskan bahwa:

PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku pendidikan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.



Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK itu sangatlah perlu dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan meminimalisir masalah yang muncul pada saat praktek pembelajaran. Selain itu, Susilo et al. (2008: 27) juga mengungkapkan akan alasan perlunya PTK yaitu:

Karena PTK membuat guru dan siswa mampu membangun cara-cara yang berbeda untuk menyelesaikan atau menyempurnakan tugas-tugas membelajarkan/belajar memperbaiki praktik pembelajaran dan tingkah laku belajar dalam kelas, serta mampu mengerjakan kegiatan belajar dan membelajarkan yang efektif untuk semuanya.



Dari kedua pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulannya bahwa tujuan dilaksanakan atau dilakukannya PTK adalah untuk: (1) perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap selama proses penelitian, (2) meminimalisir masalah-masalah yang dapat menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan, (3) peningkatan layanan profesional guru dalam mengorganisir proses pembelajaran di lapangan supaya tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.

Pada pembahasan penelitian ini, peneliti mengutip gagasan dari Susilo et all karena peneliti sependapat dengan gagasannya dan memang dirasa perlu sebuah Action Research. Tentunya ada keterkaitan dengan cakupan penelitian yang peneliti lakukan.

D.    Hasil Penelitian  dan Pembahasan

            Adapun hasil analisis nilai aktivitas siswa secara rinci pada setiap siklusnya dapat tergambar pada grafik 4.1. di bawah ini.


Grafik  4.1.

Nilai Aktivitas Siswa

Adapun peningkatan perkembangan nilai kemampuan siswa dari siklus I sampai siklus III yaitu dapat dilihat pada grafik 4.2. berikut.


Grafik  4.2.

Nilai Kemampuan Berpidato.

Dari grafik di atas, meskipun secara rata-rata hasil penilaian kemampuan berpidato telah mengalami peningkatan, kaitannya dengan penjelasan di atas mengenai aktivitas, telah dijelaskan bahwa dalam aktivitas yang telah dilakukan, ada aktivitas yang mengalami penurunan yaitu aktivitas melaporkan hasil pada siklus III yaitu, 56,61, dan siklus II yaitu 59,83.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil aktivitas yang telah dilakukan, nilai rata-rata pada setiap siklus (dinyatakan dalam persen) adalah sebagai berikut. Nilai aktivitas siklus I sebesar 42%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus I yaitu sebagai berikut. Tindakan I sebesar 39,25%, tindakan II 38,5% dan tindakan III 48,5%. Nilai aktivitas Siklus II sebesar 58,25%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus II yaitu sebagai berikut. tindakan I sebesar 53%, tindakan II 64,75% dan tindakan III 65,5%. siklus III sebesar 68,25%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus III yaitu sebagai berikut. Tindakan I sebesar 66,5%, tindakan II sebesar 68,5% dan tindakan III sebesar 69,75%.

Mengenai nilai kemampuan berpidato, siswa secara rata-rata pada setiap tindakan yang telah dilakukan dalam setiap siklusnya yaitu siklus I adalah 40%, setiap tindakan mengukur nilai kemampuan pidato: vokalisasi, pelafalan dan ekspresi. Adapun hasil penilaian kemampuan pidato pada tindakan I sebesar 32,5%, tindakan II sebesar 38,5%, dan tindakan III sebesar 49,5%. Sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata 62,75%, tindakan I sebesar 58%, tindakan II sebesar 64,75%, tindakan III sebesar 65,5%. Sedangkan pada siklus III terdapat rata-rata kemampuan berpidato siswa sebesar 69,25%. Pada tindakan I sebesar 75%, tindakan II sebesar 56,87%, tindakan III sebesar 70%.

            Adapun hasil analisis nilai aktivitas siswa secara rinci pada setiap siklusnya dapat tergambar pada grafik 4.1. di bawah ini.


Grafik  4.1.

Nilai Aktivitas Siswa

Dari data diatas kita dapat melihat aktivitas yang telah dilakukan setiap tindakan dalam setiap siklusnya telah mengalami peningkatan, baik itu aktivitas berpendapat, menyimak penjelasan, diskusi kelompok dan performa, menyusun kerangka, naskah, dan mengoreksi serta memperbaiki naskah pidato. Meskipun secara rata-rata nilai aktivitas mengalami peningkatan, Namun ada aktivitas yang mengalami penurunan yaitu pada aktivitas melaporkan hasil (membacakan pidato).  

Pada aktivitas ini mengalami penurunan pada siklus I dibandingkan dengan siklus II. Dari hasil diatas, jelas hal tersebut menjadi bahan pemikiran peneliti untuk dapat lebih memerhatikan penurunan hasil nilai ini. Adapun salah satu faktor penyebab penurunan hasil ini adalah siswa sudah mengalami titik kejenuhan dari pembelajaran yang telah dilakukan, meskipun peneliti sudah mencoba beberapa strategi dengan multimetode dan multimedia untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, namun semua itu kurang berefek baik terhadap motivasi belajar siswa.

Adapun peningkatan perkembangan nilai kemampuan siswa dari siklus I sampai siklus III yaitu dapat dilihat pada grafik 4.2. berikut.


Grafik  4.2.

Nilai Kemampuan Berpidato.

Dari grafik di atas, maka menunjukkan bahwa kemampuan berpidato siswa dari siklus I sampai siklus III telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dikarenakan guru telah melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran dari mulai siklus I hingga siklus III. Meskipun secara rata-rata hasil penilaian kemampuan berpidato telah mengalami peningkatan, kaitannya dengan penjelasan di atas mengenai aktivitas, telah dijelaskan bahwa dalam aktivitas yang telah dilakukan, ada aktivitas yang mengalami penurunan yaitu aktivitas melaporkan hasil pada siklus III yaitu, 56,61, dan siklus II yaitu 59,83.

Nilai aktivitas siklus I sebesar 42%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus I yaitu sebagai berikut. Tindakan I sebesar 39,25%, tindakan II 38,5% dan tindakan III 48,5%. Nilai aktivitas Siklus II sebesar 58,25%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus II yaitu sebagai berikut. tindakan I sebesar 53%, tindakan II 64,75% dan tindakan III 65,5%. siklus III sebesar 68,25%. Adapun peningkatan hasil nilai dari setiap tindakan siklus III yaitu sebagai berikut. Tindakan I sebesar 66,5%, tindakan II sebesar 68,5% dan tindakan III sebesar 69,75%.

Mengenai nilai kemampuan berpidato, siswa secara rata-rata pada setiap tindakan yang telah dilakukan dalam setiap siklusnya yaitu siklus I adalah 40%, setiap tindakan mengukur nilai kemampuan pidato: vokalisasi, pelafalan dan ekspresi. Adapun hasil penilaian kemampuan pidato pada tindakan I sebesar 32,5%, tindakan II sebesar 38,5%, dan tindakan III sebesar 49,5%. Sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata 62,75%, tindakan I sebesar 58%, tindakan II sebesar 64,75%, tindakan III sebesar 65,5%. Sedangkan pada siklus III terdapat rata-rata kemampuan berpidato siswa sebesar 69,25%. Pada tindakan I sebesar 75%, tindakan II sebesar 56,87%, tindakan III sebesar 70%.

E.  Simpulan dan Saran

1.   Kesimpulan

Berdasarkan  hasil penelitian, pembahasan, serta sintesis dan konfirmasi tentang penggunaan metode curah gagasan terstruktur dalam pembelajaran berpidato di kelas V Sekolah Dasar, dapat dijelaskan pada pembahasan sebagai berikut.

a.       Perkembangan aktivitas pembelajaran anak melalui pembelajaran dengan menggunakan metode curah gagasan terstruktur setelah pelaksanaan penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa di setiap pelaksanaan pembelajaran dalam setiap siklusnya. Pada siklus I perkembangan Nilai Aktivitas siswa sebesar 42. Pada siklus II perkembangan nilai aktivitas siswa sebesar 58,25. Serta perkembangan nilai aktivitas pada siklus III sebesar 68,25.

b.      Proses pembelajaran berpidato dengan penerapan metode curah gagasan terstruktur mengalami proses perkembangan yang baik. Hal demikian tergambarkan pada pembelajaran (proses) yang dirasakan pada saat penelitian, terdapat perbedaan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode curah gagasan terstruktur. Pembelajaran berpidato dengan menggunakan metode curah gagasan terstruktur dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengeksplorasikan potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Sehingga dapat mengembangkan siswa pada proses pembelajaran berbicara atau berpidato.

Setelah kegiatan penelitian telah dilaksanakan, kemampuan berpidato dalam pembelajaran dengan menggunakan metode curah gagasan terstruktur terlihat mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil evaluasi  berpidato yang terpaparkan pada setiap siklus yang menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran.

     c. Kemampuan berpidato yang dibuktikan oleh hasil tes berpidato setelah pelaksanaan penelitian ini mengalami peningkatan yang sangat baik, hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa di setiap pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus I Nilai kemampuan berpidato siswa sejumlah 40. Pada siklus II nilai kemampuan berpidato siswa  sejumlah 62,75. Dan pada siklus III nilai kemampuan berpidato sejumlah 69,25.

2. Saran

Berdasarkan pada temuan-temuan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyampaikan beberapa rekomendasi yang dapat berguna bagi pembaca. Adapun saran-saran dari peneliti adalah sebagai berikut.

a.    Bagi guru, pada prinsipnya faktor utama penunjang efektivitas kegiatan belajar mengajar, yaitu kemampuan seorang guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, perlu kreativitas seorang guru untuk dapat merancang atau memodifikasi kegiatan pembelajaran agar dapat lebih menarik dan bermakna sehingga dapat memotivasi siswa untuk terus bersemangat mengikuti proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran berpidato;

b.   Bagi peneliti lain dan yang akan meneliti lebih dalam lagi kajian dari penggunan metode curah gagasan ini, peneliti merekomendasikan agar lebih kreatif  lagi menelaah evaluasi dan mencari lebih banyak kajian literatur atau materi tentang pidato. Sehingga dapat menjadikan penelitian yang lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009a). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press.

Abidin, Y. (2009b). Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqy Press.

Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan Paud. Bandung: Rizqy Press.

Abidin, Y. (2012a). Pembelajaran Bahasa Dalam Gamitan Karakter. Bandung: HSAA Press.

Abidin, Y. (2012b). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Alwasilah A.C. (1992). Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Aqid, Z. et al (2011). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB Dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Brannen, J. (1996). Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BSNP. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dananjaya, U. (2011). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: NUANSA.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Permendiknas.

Geoffrey, J. (1989). Berpikir Kreatif & Sumbang Saran. Jakarta: Binarupa Aksara.

Godam64. (2008). Pengertian, Tujuan, metode, Susunan, dan Persiapan Pidato. [Online] Tersedia: http//organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan. [17 Januari 2013].  

Heriawan, et al. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian teoretis Praktis. Banten: LP3G.

Iskandarwassid dan Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: DEPDIKBUD.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2010). Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (2005). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rachman, U. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kloang Klede Putra Timur.

Rakhmat, J. (2009). Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Rosyati, Y. (2009). Pendekatan Komunikatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Skripsi S1 Pada PGSD UPI Kampus Cibiru Bandung: tidak diterbitkan.

Rustini, T. (2005). Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tesis Pasca Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumirat, N. (2011). Penggunaan Model Curah Pendapat  Dalam  Pembelajaran Menulis Deskripsi Di Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi S1 Pada PGSD UPI Kampus Cibiru Bandung: tidak diterbitkan.

Suparman, A (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA-LAN Press.

Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Susilo, Herawati et al. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing.

Tarigan. H.G. (2008). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa (Edisi Revisi). Bandung: Angkasa.                                                                                                         

Uno, B. (2006). ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PEMBELAJARAN. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wiyanto A. (Tanpa Tahun). Belajar Pidato untuk Pemula. Semarang: Aneka Ilmu.





Biodata

                                                Nama               : Adi Singgih Nugraha

TTL                 : Cirebon, 10 Januari 1991

                                                Anak ke           : 4 (empat) dari 4 (empat) bersaudara

Alamat         : Jl. Dewi Sartika no 100, Ds. Waled     Kota RT 002/004, Kec Waled             Kab. Cirebon

E-Mail              : asinggihnugraha@yahoo.com









PENDIDIKAN

A.  Pendidikan Formal

1.    SD Negeri Waled Kota I lulus tahun 2003.

2.    SMP Negeri 1 Waled lulus tahun 2006.

3.    SMA Negeri 1 Waled lulus tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru. Selama menempuh pendidikan di UPI Kampus Cibiru, penulis mengafiliasikan dirinya dalam berbagai kehidupan berorganisasi. Alhamdulillah beberapa pengalaman besar telah dimaknainya, dari mulai dipercaya sebagai ketua Angkatan 2009, hingga Kepala Bidang Departemen Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2010-2011. Dari sinilah penulis mulai belajar menapaki setiap gerak langkah perjalanan hidupnya agar mampu menelaah makna dalam setiap helaan nafas kehidupan, yaitu manusia yang selalu ingin menjadi Cerdas, Ikhlas, dan Istiqomah.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDIDIKAN KARAKTER